•
Tanaman
memerlukan air
•
Tanah
menyimpan air yang dibutuhkan tanaman
•
Atmosfer
menyediakan energi yang diperlukan tanaman untuk mengambil air dari tanah
A.Tanaman dan Air
•
Air diperlukan tanaman untuk:
–
Pencernaan
–
Fotosintesis
–
Transport mineral dan hasil fotosintesis
–
Penunjang tubuh
–
Pertumbuhan
–
Transpirasi
•
Sebagian besar (99%) air dipergunakan untuk
transpirasi
•
Transpirasi: proses evaporasi dari bagian
tanaman
–
Terjadi bila tekanan uap di daun lebih besar
daripada di udara
–
Terjadi bila stomata daun terbuka
•
Selama tanaman hidup selalu ada gerakan air dari
tanah menuju bagian tubuh tanaman dan daun
•
Dari daun, air dilepas ke atmosfer dalam bentuk
uap air melalui stomata à
transpirasi
B.Tanah dan Air
Tanah terdiri dari:
Tanah terdiri dari:
–
Mineral dan bahan organik
–
Udara dan air yang mengisi pori-pori antar
butiran tanah
•
Butiran tanah diklasifikasikan menurut ukuran à pasir, debu, lempung à tekstur tanah
•
Kandungan air dan udara dalam tanah berubah-ubah
à lengas tanah
C.Air Membatasi
Pertumbuhan
•
Jumlahnya terlalu banyak (menimbulkan genangan)
sering menimbulkan cekaman aerasi
•
Jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan
cekaman kekeringan
•
Diperlukan upaya pengaturan lengas tanah supaya
optimum, melalui pembuatan saluran drainase (mencegah terjadinya genangan)
maupun saluran irigasi (mencegah cekaman kekeringan)
KEKERINGAN
•
Kekeringan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang
tidak tahan kering
•
Kekeringan terjadi jika lengas tanah lebih
rendah dari titik layu tetap
•
Kondisi di atas timbul karena tidak adanya
tambahan lengas baik dari air hujan maupun irigasi sementara evapotranspirasi
tetap berlangsung
Cekaman kekeringan dapat dibagi
ke dalam tiga kelompok yaitu:
- Cekaman ringan :jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 8 – 10 %
- Cekaman sedang: jika potensial air daun menurun 1.2 s/d 1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 10 – 20 %
- Cekaman berat: jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun > 20%
Apabila
tanaman kehilangan lebih dari separoh air jaringannya dapat dikatakan bahwa
tanaman mengalami kekeringan
ASAS DAN TUJUAN ANALISA TANAH,AIR DAN
JARINGAN TANAMAN DALAM PERTANIAN
Suatu pertanaman (crop)
tidaklah lain dari pada suatu ekosistem teknologi. Perbedaan antara ekosistem
alamiah ialah keterlibatan teknologi (manusia) dalam mengendalikan hubungan
kegawaian (functional relationship) antara anasir makhluk dalam hal ini ialah
tanaman dan anasir lingkungan hidup atau habitatnya. Dalam setiap hubungan
kegawaian tentu ada tiga gatra (aspect),yaitu faktor,proses dan ruang serta
waktu.
Faktor dalam ekosistem
teknologi dalam hal ini ialah ekosistem pertanian terdiri dari unsur-unsur
lingkungan hidup (fisik atau abiotika dan biotika) sebagai unsur pengemban
(condiotining element,tanaman sebagai unsur pelaku dan teknologi (kegiatan
manusia) sebagai unsur masukan (input). Dalam hal peternakan,unsur pelakunya
berupa tanaman (rumput, hijauan) dan ternak,sedang dalam hal perikanan unsur
pelakunya terdiri atas tetumbuhan air pangan ikan,plankton dan ikan.
Unsur-unsur lingkungan
hidup fisik berupa iklim,tanah dan air,sedang yang bersifat biotika adalah
makkhluk-makhluk lain didalam ekosistem,yang menjelmakan berbagai macam penyakit,hama
dan gangguan (misalnya gulma),atau yang berlawanan dengan itu,yaitu yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman,ternak dan atau ikan yang
dipelihara. Unsur-unsur lingkungan hidup biotika yang bermanfaat ialah
jasad-jasad renik tanah penyemat (fixing) N,baik yang hidup bebas maupun yang
hidup bersimbiosa dengan tanaman,micorrhyza,jasad-jasad saprobiotika,cacing
tanah dan jasad-jasad renik pencerna yang hidup dalam alat pencernaan ternak
atau ikan.
Teknologi atau unsur
masukan sangat beraneka,tergantung dari kebutuhan,kemampuan pengusaha yang akan
menerapkannya dan ketersediaan peluang dalam masyarakat. Masukan teknologi
dapat berkisar mulai dari yang paling sederhana berupa penugalan tanah untuk
membuat liang-liang biji,sampai dengan yang sangat maju berupa oenggunaan
“artificial soil conditioners” untuk memperbaiki struktur tanah atau penciptaan
hujan.
Proses dapat dijabarkan
menjadi tiga perangkat kejadian. Yang pertama ialah proses-proses yang
berlangsung dalam habitat masing-masing secara
terpisah (tanah, atmosfer dan
tanah) dan yang berlangsung dalam mintakat-gaul (interzone) anatara
anasir-anasir habitat (tanah-atmosfer,tanah-air atau tanah-air-atmosfer). Yang
kedua ialah proses-proses yang terjadi dalam tubuh tanaman atau hewan,baik yang
kaifiat (intrinsic) maupun yang merupakan tanggapan tehadap pengaruh atau
dampak (impact) lingkungan hidupnya.
Yang ketiga ialah proses-proses yang berlangsung dalam mintakat-gaul antara
tanaman dan tanah (atau antara tanaman dan air untuk tanaman air) adalah
lingkungan akar (rhizosphere).
Secara siratan
(implicit) ruang dan waktu menunjuk pada kehadiran matra (dimension) menyamoing
(lateral) dan cacak (vertical),serta mata “sejarah” . Ruang menjelmakan
keberbagaian hubungan kegawaian menurut tempat atau kedudukan geografi,sedang
waktu menjelmakan keberbagaian hubungan kegawaian menurut perjalanan saat. Ini
berarti,bahwa hubungan itu dapat berubah karena letak atau karena zaman.
Disamping itu waktu mengendalikan proses,dalam arti kata proses hanya dapat
berlangsung kalau ada waktu dan pada gilirannya waktu menciptakan urutan
kejadian. Dengan kata lain,kehadiran waktu dan ruang menyebabkan segala gejala
atau nilai bersifat nisbi.
Analisa
Tanah
Analisa tanah bertujuan
mengungkapkan khuluk (nature),sifat (propeties) dan kelakuan atau tabiat
(behaviour) tanah sebagai salah satu anasir habitat. Pengungkapannya dapat
bersifat kualitatif atau kuantitatif. Pada pengungkapannya kuantitatif hakekat
tanah dijabarkan menjadi sejumlah variabel yang gayut. Tnah dapat pula
diperikan (descibed) secara kualitatif),dalam hal ini hakekat tanah dijbarkan
menjadi atribut yang gayut.
Analisa kuantitatif
tidak lain dari pada usaha untuk menyajikan perwatakan tanah dalam bentuk
seperangkat angka. Dengan menggunakan angka-angka ini,watak tanah dapat
dikerjakan lebih lanjut secara aritmstik stsu mstematik untuk mendapatkan watak
yang lain lagi. Misalnya setelah didapatkan harga kadar lengas tanah dan
lempung dapatlah ditentukan koefisien kolerasi atau persamaan regresi antara
lengas tanah dan lempung.
Ada beberapa watak tanah
yang hanya dpat diungkapkan secara kualitatif,misalnya bentuk satu-satuan
struktur dan konsistensi. Ada yang dapat ditetapkan secara kuantitatif
terbatas,misalnya batasbatas konsistensi (batas cair,batas gulung,batas lekat)
untuk mengungkapkan konsistensi atau pembacaaan penetrometer untuk
menguantitatifkan salah satu penjelmaan konsistensi. Ada yang dapat disajikan
secara kuantitatif buatan dengan pengangkaan (scoring),misalnya warna dengan
pengangkaan hue,value dan chroma,taraf perombakan bahan organik dengan cara
peras von POST dan ketahanan agregat tanah dengan jalan penetesan air atau
perendaman dalam campuran air-alkohol menurut cara de BOODT dan LEENHEER.
Pengamatan gejala
menghasilkan perwatakan kualitatif. Misalnya warna diperikan menurut
kenampakannya: merah,coklat,kelabu,kuning,kemerahan dan sebagainya. Konsistensi
diperikan dengan sebutan : gembur,lunak,keras,lekat dan sebagainya.
Terutama dalam
pengharkatan kesuburan atau kemampuan tanah untuk suatu penggunaan tanah
tertentu,keadaan tanah diperikan secara kualitatif atas dasar angka-angka
kuantitatif yang dihasilkan oleh analisa tanah. Untuk ini dibuat suatu sistem
atau selera teknik. Misalnya pH : 4,5-5,0 = masam sekali,5,0-5,5 =
masam,5,5-6,0 = agak masam,6,0-6,5 = masam lemah,6,5-7,0 = netrall dan
seterusnya. K tersediakan 0,,3 me %
disebut kesuburan K tinggi sehingga sangat boleh jadi tidak memerlukan
pemupukan K. Struktur tanah yang terdiri atas agregat-agregat berukuran <5
mm dinamakan sangat halus (kalau berbentuk gumpal).
Pengualitatifan
seringkali pula dikerjakan secara mengharkatkan harga sejumlah variabel sebagai
suatu gabungan. Misalnya,apabila suatu tanah berkadar P tersediakan > 12 ppm,K tersediakan > 80 ppm,Zn-tersediakan > 0,6 ppm dan
DHL <2,5 mS maka tanah tersebut dinilai subur untuk jagung. Untuk
klasifikasi kemampuan tanah (produktivitas dan potensi tanah) penggabungan
harga sejumlah variabel lebih padu lagi sehingga menghasilkan sebuah harga
sebagai jelaan suatu gabungan. Pemaduan ini dapat dikerjakan dengan jalan
menjumlah atau mengalikan harga variabel-variabel yang sebelumnya telah
diangkakan (scored). Sistem menjumlah,misalnya dijumpai pada sistem yang
dikembangkan sistem pengalian.
Dua tujuan pokok analisa
kimiawi tanah ialah: 1. Diagnosa untuk menghilangkan kekurangan hara,2.
Diagnosa untuk menghindari vketurahan (excess) hara. Pada awal
perkembangannya,analisa kesuburan kimiawi tanah menekankan tujuan pertama. Baru
akhir-akhir ini tujuan kedua diakui sangat penting (Voss,1976). Disamping ini ada analisa fisika
tanah yang bertujuan pokok: 1. Diagnosa untuk memperbaikikesuburan fisika
tanah,2. Diagnosa faktor-faktor pembatas
fisika dalam pengusahaan tanah. Dinegara-negara berkembang,para petani
pada umumnya tidak memperhatikan tatalola tanah dari segi fisika,karena keadaan
fisika tanah memang tidak banyak terusik selama penggunaan tanah. Penerapan
tatalola fisika tanah masihh terbatas pada sekedar pengelolaan tanah dengan
alat-alat sederhana. Dengan pemasukan mekanisasi dan motorisasi dalam kegiatan
bercocok tanam,dampaknya (impact) pada keadaan fisika tanah tidak dapat lagi
diabaikan (Sanchez,1976). Kegiatan-kegiatan itu pengelolaan tanah,penanaman
bibit,perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit,dan pemanenan hasil. Juga
upaya peningkatan kejituan (efficiencY) pengairan,pengatusan dan
perlindungan tanah baru berhasil apabila
kita mampu menghargai (appreciation) faktor
fisika tanah. Bahkan makin banyak bukti terkumpul tentangt kepentingan
keadaan fisika tanah dalam menentukan keberhasilan pemupukan pertanaman.
Dua langkah dalam proses
analisa tanah perlu sekali diperhatikan sebaik-baiknya. Langkah pertama ialah
pengekstrakan atau pemisahan bagian yang akan ditetapkan kadarnya dari contoh
tanah. Langkah kedua ialah penetapan kadar zat yang ada dalam bagian yang telah
terekstra atau terpisah itu. Dilihat dari segi tujuan analisa tanah,langkah
pertamalah yang terpenting. Langkah kedua merupakan analisa kimiawi
umum,sehingga tidak memerlukan pengetahuan khas tentang tanah atau tentang
fisiologi tanaman atau tentang risosfer. Langkah kedua ini mungkin lebih baik
diserahkan saja kepada pakar kimia (chemist) daripada dikerjakan oleh seorang
pakar tanah yang kemahirannya dalam kimia analitika kebanyakan terbatas.
Peranan yang harus dimainkan oleh soreng pakar tanah (soil
scientist) justru pada langkah pertama itu. Langka pertama memerlukan
pengetahuan dasar atau sekurang-kurangnya suaatu imajinasi tentang watak
masing-masing anasir tanah yang terlibat dalam proses pemalihan
(transformationh) dan pemindahan (translocation) zat dan tenaga dalam tubuh tanah,tentang mekanisma
pemalihan antar bentuk dan gawai dikalangan anasir-anasir tanah dan bagaimana
mekanisme ini pada gilirannya menentukan mekanisme pemindahan zat dari tanah
lewat risosfer masuk kedalam tubuh tanaman,dan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kedua mekanisme tadi. Atas dasar pengetahuan atau hipotesa itu
orang yang merancangkan langkah pertama mencoba menyusun rekaan -rekaan
analaitik untuk “meniru” (simulate) kejadian-kejadian tersebut didalam
laboratorium.Faktor pembatas utama terhadap usaha peniruan ini ialah “ruang dan
waktu”.
Sistem tanah-risosfer-tanaman
berhakekat ruang,sedang asas analisa laboratorium sampe sekarang selalu
berhakekat bobot.Proses alamiah berhakekat malar (continuous) dalam waktu
panjang,sedang analisa laboratorium selalu menyikat jangka waktu.Disamping itu
didalam analisa,tanah selalu dipisahkan dari hubungan kegawaian(functional
relationship) dengan risosfer dan tanaman.Justru hubungan kegawaian inilah yang sebenarnya menggerakkan
mekanisme pemalihan dan pemindahan zat.Faktor-faktor suhu,cahaya dan lengas
sangat menentukan kegiatan pemalihan dan pemindahan zat.Dilaboratoriumk kita
sering kali menggunakan suhu yang jauh kali melampaui kewajaran lapangan.Suhu
lapangan mengembut (fluctuate) sepanjang hari dan juga mengembut menurut
musim,suhu analisa justru kita buat tetap selama kelangsungan suatu tahap
pekerjaan.Kecuali selama waktu terpanjang dalam kehidupan pertanaman padi
sawah,risosfer tidak pernah merupakan lingkungan yang begitu basah seperti
waktu contoh tanah kita campur dengan cairan pengekstrak.
Mengingat hal-hal yang telah dikemukakan diatas maka betapapun baik
dan cermat analisa tanah itu dirancang dan dikerjakan,namun hasilnya tidak akan
lebih daripada suatu pendekatan belaka,bahkan mungkin pendekatan yang tidak terlalu
dekat dengan kenyataan yang kita tuju.Oleh karena itu penyifatan tanah untuk
menentukan mutu atau harkatnya bagi pertanian tidak pernah bersifat mutlak dan
tidak pernah dapat menjadi pemutus tunggal.Penyifatan tanah harus diuji untuk
mendapatkan nilai empirik.Karena semua angka analisa memperoleh kebenaran
secara empirik maka jelaslah jangka keberlakuannya terbatasi oleh daerah dan
jenis tanaman.Tidaklah mengherankan mengapa,misalnya,di AS orang mengenal
metoda analisa California,North Caroline ,Hawaii dan sebagainya.Apa yang
ternyata memuaskan untuk kedadaan umum di California tidak tentu demikian pula
untuk keadaan umum di Hawaii,dan sebaliknya.
Perlu ditambahkan,bahwa dalam
pengertian “mutu” atau harkat tersirat gatra (aspect) “tafsir”.Meskipun
angka-angka atau data yang dihadapi bersifat nyata dan obyektif,namun hasil
tafsiran selalu bersifat,atau setidak-tidaknya mengandung
ramuan,subyektif.Kesubyektifan hasil tafsiran berasla dari selera
perorangan.Selera ilmiah atau teknik yang dimiliki seseorang timbul dari latar
belakang pendidikan atau pengetahuan,pengalamannya,anutan falsafahnya yang
sebagian diperoleh dari lingkungan intelektualnya dan daya imajinasinya.
ANALISA JARINGAN
TANAMAN
Analisa jaringan tanaman selaku
pandu pemupukan pertanaman didasarkan atas suatu konsep bahwa apa yang ada
dalam tubuh tanaman berkaitan dengan pertumbuhan.Kadar hara dalam tanaman
biasanya menurun sejalan dengan pertumbuhan dan apabila penurunan ini cukup
banyak maka laju pertumbuhan menjadi kurang dari pada tanaman berkadar hara lebih tinggi (Ulrich,1976).Kadar hara
yang menyebabkan laju pertumbuhan tanaman mulai menurun dibandingkan dengan
tanaman yang mempunyai kadar hara lebih tinggi selagi factor-faktor tumbuhan
lainnya berada dal;am keadaan memuaskan ,yang dianmakan kadar hara genting (critical nutrient concentration ).Secara
kuantitatif dapat dikatakan ,bahwa nkadar genting adalah suatu kadar hara yang
menurunkan pertumbuhan tanaman sebanyak 10 % dibandingkan dengan pertumbuhan
maksimum.
Makin lama suatu tanaman berada
dibawah kadar genting dan makin awal hal
ini terjadi dalam musim tumbuh,makin berkuranglah pertumbuhan atau hasilnya dan
makin besar kebolehjadian tanman memperlihatkan tanggapan terhadap
pemupukan.Jadi dengan analisa jaringan orang dapat menduga apakah pengadaan
hara dalam tanah sesuai dengan keperluan tanaman akan hara.Dengan analisa
jaringan yng dirancang secara berulang sepanjang masa tumbuh tanaman,maka orang
yang memperoleh serentetan gambaran tentang keadaan pengadaan hara dalam tanah
masing-masing saat selama musim tumbuh itu.
Analisa jaringan sebetulnya tidak
lain daripada pengembangan satu metoda yang sudah lama dikenal orang yang
dinamakan “bio-essay”.Dan dikerjakan dengan jasad renik atau dengan kecambah
menurut kecambah menurut metoda NEUBAUER.Misalnya,penetapan N-tersediakan atau
P-teresediakan dengan jamur Cuninghamella blakesleana,K-tersediakan atau hara
renik tersediakan (Cu,Zn,Mo) dengan asper gillus miger (Wilde,dkk,1972).Kalau
pada bio-essay dengan jasad renik tahana(status) hara dalam tanah dinilai
menurut watak pertumkbuhan jasad renik,dengan analisa jaringan tanaman tahana
hara dalam tanah dinilai menurut tahana
hara dalam tubuh tanaman sendiri.Dengan demikian tidak digunakan suatu
perantara (dalam hal ini jasad renik) untuk menilai tahana hara tersebut.Jadi penafsiran
dapat dikerjakan lebih langsung.
Analisa jaringan tanaman digunakan
untuk diagnosa kebutuhan hara suatu pertanaman pada masing-masing saat selama
pertumbuhan pertanaman yang gayut dengan masa-masa hidup yang mengendalikan
berbagai anasir hasil.Kiranya tidak perlu dijelaskan kembali,bahwa kerendahan
kemampuan penyedia hara tanah tidak selalu berarti hanya dapat diperbaiki
dengan jalan pemupukan.Tidak jarang perbaikan itu dapat dilaksanakan dengan
baik melalui perbaikan pergiliran tanaman,perbaikan struk tanah,perbaikan
pengairan,pengatusan yang lebih baik,jarak tanaman yang lebih lebar,penyiangan
yang lebih mempan ( efektif),penggunaan varietas yang lebih baik dan
sebagainya.Sering perbaikan itu dapat dicapai dengan cara-cara yang lebih murah
daripada penggunaan pupuk buatan.Jadi bagaimanapun,pengetahuan tentang tanah sebagai suatu edafon tidak dapat
disampingkan oleh aanalisa jaringan tanaman.
Berbeda dengan analisa tanah dalam
analisa jaringan ekstraksi zat hara dari dalam tanah telah dikerjakan sendiri
oleh tanaman yang kita analisa.Maka masalah cara ekstraksi,yang dalam hal
analisa tanah menjadi langkah yang sangat menentukan,tidak menonjol.Yang perlu
kita lakukan sebagai langkah pertama dalam analisa tinggal pembebasan secara
lengkap zat-zat hara yang berada dalam sel-sel tanaman yang jauh lebih
penting,dalam hubungannya dengan kemungkinan manfaat angka-angka analisa bagi
penyimpulan maknanya,ialah pemilihan bagian tanaman yang paling cocok untuk
dianalisa,dan kapan pengambilan bagian itu sebaiknya dilakukan mengingat umur
atau taraf perkembangannya masing-masing bagian tanaman apa yang cocok maupun
masa kapan yang sesuai untuk pengambilan contoh jaringan,erat berkaitan dengan
watak fisiologi masing-masing jenis tanaman.
Disamping sangat berguna untuk
merangsang perbaikan tahana hara dalam tanah atau pemupukan,analisa jaringan
tanaman juga dapat dimanfaatkan untuk memeriksa hasil usaha perbaikan tahana
hara tersebut.Dengan mengikutkan acara analisa jaringan pada acra
pemupukan,misalnya,orang yang memperoleh suatu sarana untuk menilai dan
menelaah secara langsung,teratur dan malar
tatalola yang telah ditetapkan
pata per tanaman.Dengan nalisa jaringan
kita seolah-olah mendapatkan jalan untuk berwawancara dengan tanaman.Ada hal
lagi yang perlu diperhatikan agar supaya wawancara tersebut dapat menghasilkan
jawaban yang mendekati kebenaran ,tanaman yang
terpilih untuk dianalisa harus tidak sedang menderita karena serangan
pengganggu (gulma),penyakit dan atau hama.Maka dari itu penyiangan dan perlindungan
per tanaman perlu dijadikan persyaratan dalam acara pemonitoran tahana hara
dalam jaringan tumbuhan.
Analisa jaringan boleh jadi pertama
penting bagi pendidikan tahana renik,baik untuk memastikan kekurangan atau kelebihan meracun.Ekstraksi unsur-unsur hara
renik dari tanah menghadapi persoalan yang lebih rumit daripada pengekstrakan
unsur hara makro.Banyak factor yang mempengaruhi kelakuan unsure hara renik
disamping factor-faktor yang juga
berpengaruh atas kelakuan unsur makro,masih ada factor-faktor yang berpengaruh
kuat atas kelakuan unsure hara renik,salah satunya yaitu lempung dan bahan
organik tanah yang terpenting .Kesudahan
analisa tanah mengenai unsur-unsur hara renik tidak mudah ditafsirkan.Perbedaan
kecil berarti banyak sehingga menyulitkan penetapan interfal kelas harkat yang
sesuai.
Dengan menyadur takrif HILTNER yang disajikan pada tahun
1904,TIMONIN (1965) memebedakan tiga pengertian sebagai berikut :
1.
Tanah-resosfer : wilayah tanah yang berada dibawah
pengaruh serta merta akar tumbuhan.Tetumbuhan
memperoleh zat hara yang dibutuhkannya dari resosfer dan resosfer pulalah yang
menampung buangan hasil sampingan proses fisiologi dari akar.
2.
Rhizoplane : mintakat permukaan akar yang mempunyai
kerapatan penghunian jasad renik terdapat dan dalam banyak kejadian menciptakan
suatu tapis hayati disekeliling akar
3.
Histosfer : jaringan akar yang dimukimi oleh ”
bakteriorrhizae” yang terdapat didalam
sel-sel tumbuhan dan oleh mahluk-mahluk yang
tumbuh didalam ruangan bebas diantara sel-sel akar.
Pemupukan hara renik biasanya dilakukan lewat daun dengan
semprotan cairan larutan atau lewat
pokok batang (pada pohon-pohonan)
dengan pantekan logam.Hal-hal ini bolelhlah ditambahkan untuk mendukung acara
diagnosa tahana unsure renik dengan
analisa jaringan ,karena dalam pemberiannya tidak dipergunakan perantara tanah.
Ada satu
kepentingan analisa jaringan lagi,yang dalam rangka usaha pengoptimuman daya
guna sumber daya alamiah untuk pertanian, menjadi sangat penting.Dalam rangka
ini jaringan diperluas tidak saja mengenai unsure unsur hara, akan tetapi
mencakup juga air dan bahan-bahan hasil asimilasi seperti bahan kering total,
karbohidrat, protein dan lemak. Dengan menghubungkan kadar-kadar air dan
bahan-bahan asimilasi dalam jaringan dengan jumlah dan laju masukan impor
(input) air dengan tenaga pancar matahari (radiated solar energy) pada
pertanaman, dapatlah dihitung kejituan (efficiency) pemanfaatan anasir-anasir
fisik habitat oleh pertanaman sebagai anasir makhluk dari suatu ekosistem
teknologi.
ANALISA AIR
Yang dimaksudkan dengan “air” disini
ialah air hujan dan air pengairan yang masuk ke petak pertanaman dan air
pengatusan yang keluar dari petak pertanaman. Analisa air yang masuk ditujukan
untuk mengetahui peranan air selaku salah satu sumber hara tanaman dan
perananya selaku factor yang dapat mempengaruhi suasana lingkungan perakaran.
Analisa air yang keluar bertujuan untuk mengetahui “kebocoran” hara atau
obat-obatan pertanian, yang kalau sampai mencapai suatu kerayaan (magnitude)
tertentu dapat menimbulkan pengotoran (contamination), bahkan mungkin sekali pencemaran, pada keairan umum
yang menjadi sumber air rumah tangga atau air ternak (sumur, kolam ikan, tali
air pengairan yang melalui desa dan sungai).
Air dapat menurunkan harkat tanah untuk
pertanian dari segi penggaraman (DHL meningkat tinggi), pemasaman atau
pembasa-an, perubahan imbangan hara, pelindian dan pendegradasian struktur yang
berkaitan dengan nilai SAR yang terlalu tinggi (ESP meningkat tinggi) atau
dengan kadar bahan tersuspensi halus yang menurunkan porositas atau dayalulus
air dan atau udara. Sebaliknya, air dapat meninggikan harkat tanah untuk
pertanian dari segi pengayaan hara, pelindian zat-zat racun, perbaikan struktur
dan konsistensi tanah-tanah yang bertekstur kasar dengan bahan tersuspensinya
dan kolmatasi medan.
Pada tahun-tahun terakhir ini telah
cukup banyak bukti terkumpul, bahwa penilaian hujan tidak cukup hanya dari segi
jumlah dan agihan air yang tercurahkan sepanjang tahun atau musim saja, akan
tetapi perlu diikutkan pula penilaian dari segi kimiawi air hujan. Di
Kalimantan, misalnya, tidak jarang tertampung air hujan yang mempunyai pH di
sekitar 4,0. Air hujan yang jatuh menerobos tajuk pohon biasanya mengandung
nitrat lebih tinggi daripada yang jatuh di lapangan terbuka. Air hujan yang
jatuh di kawasan pantai membawa garam yang berasal dari percikan air laut yang
terbawa angin ke darat. Di Jepang ada suatu kepercayaan di kalangan para petani
jeruk, bahwa kebun-kebun yang diusahakan di jalur-jalur pantai menghasilkan
buah jeruk yang lebih manis karena percikan garam laut ini. Hujan yang jatuh
dalam daerah pengaruh gunung berapi mengandung sulfat lebih tinggi. Maka di
Negara-negara yang telah maju, terutama Negara-negara Skandinavia dan
Australia, orang telah mulai sibuk membuat peta hujan atas dasar suasana
kimiawinya. Dari peta-peta itu dapat dibaca, bahwa hujan yang jatuh pada musim
panas mempunyai susunan kimiawi yang berbeda dengan yang jatuh pada musim
dingin.
Mungkin kini sudah tiba saatnya
untuk Indonesia memikirkan secara sungguh-sungguh kemungkinan memasukkan data
kimiawi air hujan sebagai bagian dari laporan agrometeologi yang dikerjakan
secara rutin. Dengan memilki peta-peta kimiawi air hujan, misalnya untuk musim
hujan dan musim kemarau, yang ditinjau bersama dengan peta tanah, peta
fidiografi dan peta timbulan (relief), kita akan mempunyai landasan yang lebih
kuat untuk menyusun pewilayahan pemanfaatan lahan (land).
PENGAMBILAN
CONTOH BAHAN UNTUK ANALISA
Di atas telah dikemukakan, bahwa
pada tahap analisa tanah langkah yang terpenting ialah pengekstrakan contoh
tanah. Pengekstraan tidak dilakukan pada analisa jaringan karena jaringan telah
mengandung ekstrak tanah yang pengekstrakannya telah dilakukan sendiri oleh
tanaman. Juga pada analisa air kita dapat langsung melangkah ke pemisahan dan
penyidikan unsur. Pada analisa jaringan, sebagai pengganti langkah
pengekstrakan, dikerjakan langkah pencernaan (digestion), secara kering atau
basah, untuk memperoleh bentuk bahan yang mudah ditangani lebih lanjut untuk
pemisahan dan penyidikan unsur.
Mengingat hal-hal tersebut di atas,
analisa air merupakan pekerjaan yang paling sederhana. Yang justru lebih sulit
dalam analisa air dibandingkan dengan analisa tanah dan jaringan, ialah
mendapatkan contoh yang mewakili, terutama untuk air hujan dan air aliran
permukaan. Baik air hujan maupun air aliran permukaan selalu bergerak. Di
samping bergerak, air aliran permukaan tidak terikat pada satu tempat tertentu.
Air tanah juga mengalir, akan tetapi karena kecepatannya cukup lambat maka
dapat dianggap sebagai suatu benda yang terikat pada tempatnya sebagaimana
halnya dengan tanah dan tanaman.
Lepas dari analisanya sendiri,
mendapatkan contoh yang baik merupakan suatu kemutlakan apabila kita
menginginkan data yang siap untuk ditafsirkan. Dengan kata lain, analisa yang
sempurna dan data yang mempunyai jenjang kesaksamaan (precision) tinggi, bahkan
juga mempunyai jenjang ketepatan (accuracy) tinggi, tidak berarti sama sekali
apabila kita tidak yakin akan keterandalan contoh yang dianalisa. Pekerjaan
analisa sebenarnya kias (analogus) dengan pekerjaan mengintip ke dalam suatu
ruangan luas yang hanya diterangi secara samar-samar sekali. Kalau kita salah
memilih lubang intip, kita akan dapat memperoleh gambaran yang keliru sama
sekali tentang keadaan ruangan itu dari ruangan-ruangan yang lain.
Acapkali orang menganggap ringan
masalah contoh ini dalam rangka analisa. Lebih-lebih orang-orang yang bukan
orang laboratorium atau orang-orang yang secara berlebiihan mengandalkan “pengalaman”
mereka bekerja di lapangan. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan, bahwa sebelum
kita membicarakan masalah analisanya sendiri, perlu terlebih dahulu kita bahas
dan selesaikan masalah pengambilan contoh untuk masing-masing jenis analisa.
Pengambilan contoh juga harus dirancang menurut tujuan analisa. Misalnya,
analisa tanah untuk bertujuan pedogenesa atau pedotaksonomi memerlukan contoh
tanah yang berbeda dari pada analisa tanah untuk mengungkapkan kesuburan tanah
atau untuk agrohidrologi. Bahkan meskipun bertujuan sama untuk kesuburan tanah,
akan tetapi yang satu untuk tanaman semusim dan yang lain untuk tanaman
tahunan, atau yang satu untuk tanaman darat (upland) dan yang lain untuk sawah,
masing-masing memerlukan rancangan pengambilan contoh yang tidak sama. Contoh
tanah sawah harus dijaga dan jangan sampai mengalami pengeringan, baik selama
pengambilan maupun selama pengangkutan dan penyimpanan, dan harus dianalisa
sebagai contoh “aseli” (undisturbed). Tidak hanya “aseli” menurut keadaan
struktur atau morfologinya, akan tetapi yang lebih penting “aseli” menurut
suasananya yang langka udara itu.
Yang termasuk dalam masalah contoh
itu, di samping pemilihannya dan pengambilannya, juga penyiapannya dan
penyimpannya menunggu penganalisaanya. Dalam hal contoh jaringan tanaman ada
beberapa masalah yang periu di bahas yaitu :
1.
Bagian tanaman yang cocok mengingat jenis tanamannya,
2.
Saat pengambilan yang sesuai mengingat watak
fisiologisnya, baik untuk memperoleh gambaran pukulrata maupun untuk memperoleh
gambaran yang malar (continuous),
3.
Cara mengangkut dan menyimpan sebelum disiapkan untuk
analisa mengingat kelangsungan proses enzimatik yang dapat mengubah susunan
kimiawi jaringan selama pengangkutan dan penyimpanan, dan
4.
Cara penyiapan contoh (pengeringan dan penghalusan)
yang dapat menjaga “keaslian” contoh
DAFTAR PUSTAKA
Sanchez, Pedro A
(1976) : Properties and Management of Soils in the Tropics. John
Wiley and Sons. New York. xii + 618 h.
Timonin, M.I.
(1965) : Interavtion of Higher Plants and Soil Microorganism. Dalam : C.M.
Gilmour and O.N. Allen (editors), Microbiology and Soil Fertility. Proceedings
of the Twenty-Fifth Annual Biology Colloquium. Oregon State University Press. H
135-158.
Ulrich, Albert.
(1976) : Uses and Limitations of Soil Testing. Dalam : H.M. Reisenauer
(editor), Soil and Plant-Tissue Testing in California. Div. Agr. Sci. Univ. Of
Calif. Bull. 1879. H 35-37.
Wilde, S. A. ;
G.K. Voigt, and J.G. Iyer (1972) : Soil and Plant Analysis for Tree Culture.
Fourth Revised Edition (Gordon Chesters, editor). Oxford & IBH Publishing
Co. New Delhi. Viii + 172 h.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar